Dugaan Tewasnya Anak Pemilik Hotel karena Bunuh Diri Menguat

  • Bagikan
"Let's talk. Yang diperlukan mereka ini hanya ingin bercerita dan cerita ini didengar. Itu saja sudah cukup," sebutnya. Namun terkadang ada yang enggan terbuka. Di sini peran orang terdekat atau keluarga sangat penting. Dengan tanda-tanda seseorang mengalami depresi seharusnya bisa dilihat secara kasatmata. Misal, yang sebelumnya periang menjadi pendiam. Atau yang sebelumnya kurus menjadi gemuk. Atau sebaliknya. "Tanda-tanda itu terlihat. Tinggal bagaimana kita bisa memberikan mereka ruang untuk bicara," tuturnya. Sayang, belum ada data valid berapa jumlah orang bunuh diri khususnya di Kaltim. Sementara di Indonesia, pada 2018, World Health Organization merilis sedikitnya 3,7 persen dari 100 ribu orang yang bunuh diri. Menempatkan negara ini di ranking 159 dunia. Meski cukup rendah, namun Dwita menyebut, secara umur, mereka yang bunuh diri banyak yang berada pada usia produktif. Bahkan, ada kasus seorang anak bunuh diri hanya karena dimarahi orangtuanya atau tidak lulus diterima di sekolah yang diinginkannya. "Ini menunjukkan pikiran dan mental yang belum matang," ungkapnya. Sebelumnya pihak keluarga tidak ingin berspekulasi apakah Fera tewas bunuh diri atau tidak. Kakak korban, SW, menyebut selama ini adiknya tidak pernah mengeluh terkait persoalan apapun. Pun saat sebelum peristiwa, Fera tidak terlihat sedang memiliki masalah. Sosok sang adik dikenal ceria dan akrab dengan keluarga maupun karyawan hotel. "Adik saya itu orangnya periang. Enggak ada pernah menyebut persoalan. Sebelumnya pun sarapan bareng dan dia (Fera) biasa saja," ujarnya. (rdh/dwi/k8/prokal)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan