Menyejahterakan Keluarga dari Pinggiran

  • Bagikan
Bonus demografi membawa berkah jika penduduk usia produktif 52 persen itu dapat memberikan manfaat, misalnya dalam penciptaan lapangan kerja baru. Di sisi lain, bonus demografi akan menjadi malapetaka jika penduduk sebanyak itu justru tidak produktif dan akan jadi beban masyarakat serta menambah jumlah orang yang tidak bekerja alias menganggur. Berdasarkan survei penduduk antarsensus (Supas) 2015, jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diprediksi mencapai 266,91 juta jiwa. Pada era bonus demografi, seorang produktif (bekerja) akan memiliki beban menanggung 0,46 orang yang tidak bekerja. Itu berarti dua orang (0,96 dibulatkan jadi satu) yang tidak bekerja akan menjadi tanggungan seorang yang bekerja. Mengapa begitu? Kita ambil contoh, di rumah saya terdapat dua kepala keluarga. Yakni, saya dan istri yang masing-masing menerima gaji pensiun dengan tanggungan dua cucu yang mahasiswa dan duduk di SMA. Anak kedua, perempuan yang suaminya bekerja pun memiliki dua anak yang masih belajar di sekolah dasar dan bersiap-siap masuk play group. Kepala keluarga yang pertama, memiliki tanggungan dua orang yang belum bekerja. Sementara anak perempuan saya bersama dua anaknya ditanggung oleh satu orang (suaminya), sehingga tanggungannya tiga orang. Tanggungan ini memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Mulai dari uang bensin sepeda motor yang dikendarainya, uang pulsa, uang bakso, dan macam-macam. Bayangkan saja betapa ribetnya. Itu baru dua anak, apatah lagi kalau lebih. Memang orang masih selalu percaya dengan banyak anak banyak rezeki. Itu mungkin dulu, ketika kebutuhan anak belum se-abrek sekarang.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan