Resmi Menikah, Siti Badriah Bilang Bismillah Nasdem Cek Ombak dengan Usung Anies Capres 2024 Kalatiku Minta BNN Dibentuk di TorutSelain inflasi, indikator lainnya yang harus diperbaiki oleh pemerintah adalah tingkat kemiskinan, pengangguran dan pendapatan perkapita. Ketiga indikator tersebut, imbuh JK, berkaitan erat dengan pengendalian inflasi. Artinya, seandainya besaran inflasi terjaga dan stabil, maka tingkat kemiskinan juga akan berangsur menurun. Sebab, daya beli masyarakat yang diukur dalam indeks harga konsumen (IHK) masih terjangkau. “Maka inflasi harus dijaga di tingkat rendah, tapi tidak rendah sekali juga. Tidak bagus,” tukasnya. Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,55 persen sepanjang Juni 2019. Sementara inflasi tahun kalender tercatat 2,05 persen dan sebesar 3,28 persen untuk inflasi tahunan. Besaran inflasi itu masih dipengaruhi oleh kenaikan harga kelompok bahan makanan. (jp)
JK Minta Inflasi Tetap di Level yang Stabil

FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Wapres Jusuf Kalla (JK) meminta seluruh pihak bersama menjaga inflasi berada dalam level yang stabil. Tidak terlalu rendah maupun tidak terlalu tinggi.
Menurut JK, kestabilan inflasi dapat menjadi salah satu indikator maju atau tidaknya suatu negara. Intruksi itu diungkapkan oleh JK saat rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 yang di inisiasi oleh Bank Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7).
Dalam paparannya, JK mengistilahkan inflasi sebagai tekanan darah. “Kalau tinggi kita pingsan dan ekonomi ambruk. Tapi kalau rendah atau deflasi, kita bisa pusing, karena pengusaha tidak semangat. Yang baik di tengah-tengah,” kata JK dalam paparanya.
JK bercerita, tingginya angka inflasi tengah menimpa Venezuela yang lagi mengalami krisis. Krisis tersebut ditandai sulitnya masyarakat Venezuela membeli kebutuhan pokok untuk hidup.
“Kalau inflasi tinggi daya beli turun. Kita mengalami itu tahun 1965, mau beli beras minyak tanah sulit,” katanya.