Penanganan Papua, Pengamat Intelijen Minta Pendekatan Persuasif

FAJAR.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah diminta untuk segera menarik pasukan TNI dari Tanah Papua. Tujuannya untuk menghindari kesan adanya konfrontasi antara masyarakat dengan militer. Keberadaan militer tak akan menyelesaikan persoalan.
“Pengerahan tentara besar-besaran itu tidak menyelesaikan persoalan. Justru menimbulkan kecurigaan dan sentimen bahwa ini penjajahan baru,” ucap pengamat intelijen Suripto, Jumat (6/9).
“Justru kita malah melakukan semacam konfrontasi begitu. Kita harus belajar dari kejadian lepasnya Timor Timur,” sambungnya.
Menurutnya, kehadiran ribuan pasukan TNI di Papua seakan menimbulkan kesan adanya invasi militer. Pendekatan militer kurang tepat diterapkan untuk menghadapi permasalahan mengenai politik identitas, seperti yang terjadi di Bumi Cendrawasih.
“Sedangkan yang disentuh adalah bagaimana kita menghormati politik identitas, artinya kita harus menghargai semua, dan harus kita dekati mereka,” ujar dia.
Suripto mengatakan, untuk meredam konflik, pemerintah harus meningkatkan pendekatan persuasif dengan menghormati dan menghargai identitas masyarakat Papua.
Menurut dia, upaya tersebut lebih efektif karena akan menimbulkan perasaan bahwa pemerintah menghargai hak berpendapat masyarakat Papua, serta tidak berniat menghilangkan identitas mereka.
“Setidaknya kita kalau memang menegakkan dan menjaga NKRI, kita hormati itu,” ujar dia.
Sementara Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pihaknya belum berencana menarik personil TNI-Polri di Papua.
Sampai saat ini belum dipastikan kapan ribuan personil TNI-Polri ditarik, ujarnya di Jayapura, Papua.