"Saya kadang tertawa sendiri jika memikirkan bagaimana bisa 50 persen gaji (Rp3,9 juta) terpotong untuk bayar cicilan di bank. Tapi dukungan istri, ibu, dan keluarga lain semakin yakin untuk membangun masjid ini," ungkapnya.
Alumnus SMA Negeri 6 Makassar ini menyampaikan masjid yang dia bangun tersebut sengaja menggunakan nama almarhum ayahnya. Haji Usman. Tujuannya bukan untuk pamer atau sombong. Namun, sebagai pengingat petuah yang selalu disampaikan kepada anaknya.
Salah satunya, "Membangun masjidlah jika kalian memiliki rezeki". Pesan lainnya, "jaga ibadah, sedekah, dan rajinlah membantu sesama, meski dirimu sedang kesusahan".
Sebagai anak laki-laki tertua dirinya selalu mendapatkan wejangan untuk memperhatikan saudara. Amanah tersebut merupakan tanggung jawab yang harus diemban, bukan dihindari.
"Prinsip rezeki itu sudah ada yang mengaturnya, sehingga tidak akan tertukar. Menyumbangkan rezeki di dalam kebenaran tidak akan membuatnya berkurang, malah semakin bertambah," ungkap anak kedua pasangan H Usman dan Hj Nursih ini.
Pria kelahiran Maros, 13 Juli 1979 ini menambahkan sebetulnya dirinya enggan menceritakan upayanya untuk membangun masjid tersebut. Takut ria atau sombong. Sekecil apapun rasa itu terbesit akan menggugurkan pahala.
"Sebetulnya jika bukan teman yang usulkan saya enggan menceritakan pembangunan masjid ini. Tapi mungkin itu sudah jalan, jadi diketahui banyak orang, semoga jadi inspirasi," tambahnya. (*/abg-zuk)