Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Weindra Waworuntu enggan membeberkan lokasi karantina. Menurut dia, yang berhak menjelaskan adalah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi dari kementerian tersebut.
Yang jelas, menurut Wiendra, ada beberapa opsi pemulangan. Bahkan, ada skenario seandainya ada WNI yang bergejala mengidap virus korona. ”Perintah presiden, semua WNI harus dipulangkan. Sakit atau tidak,” tegasnya.
Kemenkes ditunjuk untuk melakukan observasi kesehatan. Dimulai dari pesawat hingga masa karantina. Kemenkes, menurut Wiendra, tengah menyiapkan pedoman karantina. Tempat karantina bukan seperti rumah sakit. Lebih cenderung seperti asrama. Mereka yang dikarantina akan diberi kebutuhan dasar. ”Setidaknya menyiapkan kebutuhan dasar seperti makan, ibadah, toilet. Seperti di rumah,” ujarnya. Di tempat tersebut, mereka yang dikarantina akan beraktivitas seperti biasa. Kemenkes menyiapkan sarana olahraga. Makanan pun diatur ahli gizi.
Pada bagian lain, rencana evakuasi tersebut disambut baik oleh para orang tua mahasiswa. Mendapat kabar rencana evakuasi, Prof Subandi langsung menghubungi anaknya, Brandy Juan Ferrero, di Wuhan sekitar pukul 19.20 untuk memastikan kebenaran evakuasi tersebut.
”Saat saya hubungi, Juan sedang di-briefing sama tim KBRI,” ujar guru besar Fakultas Bahasa dan Seni Unesa itu. Setelah mendengar kepastian dari anaknya, Subandi langsung merasa bahagia. ”Gak apa-apa dikarantina dan kita belum bisa melihatnya langsung, yang penting dia bisa pulang,” ujar Subandi.