“Banyak dari pasien ini membutuhkan perawatan rumah sakit, tetapi rumah sakit dan seluruh sistem perawatan kesehatan penuh,” kata Herdocia.
Untuk mengantisipasinya ada relawan keliling yang diberdayakan untuk mencari rumah sakit bagi pasien, tetapi tetap tidak ada tempat tidur. Herdocia tidak dapat mengikuti semua permintaan telepon untuk menangani pasiennya. Mirisnya, pada saat dia tiba di rumah pasien, beberapa dari mereka sudah keburu meninggal. “Saya merasa tidak berdaya,” katanya.
Guayaquil adalah wilayah yang banyak rumah kumuh begitu padat. Sehingga sulit meminta penduduk di sana untuk diam saja di rumah.
Hasilnya adalah rumah sakit, makam, rumah duka kewalahan. Orang-orang membungkus mayat sanak saudara yang sudah meninggal dengan plastik dan seprai dalam beberapa kasus. Lalu memindahkan jenazah mereka ke luar. Mayat-mayat tergeletak di jalanan selama berhari-hari.
“Ada lebih dari 300 mayat di dalam rumah,” kata Wated kepada NPR. “Beberapa orang mati dan ada di sana selama tiga, empat bahkan lima hari,” tambahnya.
Pemerintah sekarang telah memerintahkan tentara untuk membawa jenazah ke kuburan, seperti Parques de la Paz, salah satu yang terbesar di Guayaquil. Pada awal krisis, manajer pemakaman Alfredo Bravo mengatakan sudah menerima jumlah jenazah yang sama dalam satu hari dengan kapasitas normal 273 jenazah setiap bulannya. (jpc/fajar)