Suara JK di Tengah Pandemi

  • Bagikan
Aswar Hasan

Sebab, tidak ada pilihan lain, harus fokus atasi penyebabnya dan tidak ada kompromi, misalnya dengan masih memikirkan bagaimana kehidupan untuk sektor ekonomi. Seluruh potensi potensi anggaran, fasilitas serta Sumber Daya Manusia (SDM) negara seharusnya sudah dikerahkan untuk menuntaskan penyebab wabah hingga situasi dapat terkendali lalu kemudian membenahi masalah ekonomi yang tentunya pasti terpuruk.

Telah lebih sebulan bangsa ini didera wabah tapi gejala berakhir belum juga menunjukkan tanda-tandanya. Boleh jadi karena penanganannya belum fokus secara komprehensif. Bahkan, jika dicermati beberapa peristiwa penting kenegaraan sepanjang wabah melanda, malah kita masih dipertontonkan sikap dan perilaku politik yang belum menunjukkan keberpihakan secara empatik. Senayan misalnya yang seharusnya fokus mengawasi eksekutif dalam menangani wabah, justru menyibukkan diri membahas RUU Cipta Kerja yang banyak dimasalahkan publik dan diminta untuk ditunda. Setelah bertubi- tubi dikritik oleh publik lewat media sosial terutama medis mainstream, akhirnya DPR RI dan pemerintah sepakat untuk menundanya.

Tetapi yang lebih memiriskan lagi, ketika ketahuan bahwa ternyata pemerintah di tengah wabah yang semakin menggila memporakporandakan seluruh sendi kehidupan bangsa ini, ternyata energinya masih disibukkan untuk melanjutkan proyek pemindahan ibu kota. Publik pun bertanya dimana gerangan sensitivitas dan keseriusan pemerintah untuk hanya fokus mengatasi penyebab wabah yang semakin menggila?

Saat ini, energi pemerintah terfokus ke soal mudik yang sebelumnya dilonggarkan. Kini diperketat karena kuatir terjadi massifikasi penyebaran covid-19 ke seluruh Tanah Air tanpa terkendali. Tapi apa lacur, kita sudah kebobolan 7 persen ( hampir seratus ribu) yang sudah terlanjur keluar Jakarta (beberapa diantara mereka sangat boleh jadi telah menjadi carrier Covid-19 di kampung masing-masing).

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan