Hadapi Pasien Ngamuk hingga Pernah Dilempar Botol

  • Bagikan

“HP itu untuk membantu mendata berkas karena semua barang di ruang isolasi tidak boleh dibawa keluar ruangan. Jadi berkas-berkas pasien biasanya dilampirkan lewat HP itu. Terpaksa sementara buat komunikasi si kakek. 

Akhirnya kami beri kelonggaran untuk komunikasi maksimal sehari sekali. Jadi keluarga kami minta datang di luar ruangan dan melakukan video call dengan pasien,” beber Jati.

Berbeda dengan pasien usia lanjut, sejumlah pasien yang masih muda juga memiliki kekhasan tersendiri. Mereka biasanya membawa HP di ruang isolasi agar komunikasi dengan keluarga bisa berjalan lancar. Pasien seperti ini lebih mudah. 

“HP memang tidak dilarang dibawa pasien. Jadi mereka boleh pesan makanan asal tidak sedang pantangan untuk jenis makanan tertentu. Bedanya kalau pasien lansia ini kan rata-rata mereka tidak pegang HP jadi sering merasa kesepian. Di sini kami (para perawat) harus bisa memosisikan diri sebagai keluarga,” kata dia.

Meski melelahkan, para perawat harus tetap memberikan pelayanan sesuai sumpah profesi. Termasuk dalam menghadapi konsekuensi lainnya seperti jauh dari keluarga dan harus mengurangi interaksi dengan orang-orang sekitar. 

“Kebetulan selama saya bertugas di bangsal ini saya putuskan tidak pulang ke rumah dulu. Sebelum ini biasanya seminggu sekali balik ke rumah orang tua. Sementara ini tinggal di kos saja dulu. Saya juga berupaya mengurangi interaksi dengan warga sekitar di luar lingkungan kos meski masyarakat menerima dengan baik keberadaan saya di sana. Keluarga juga mendukung tugas ini,” tutur perawat kelahiran Jumantono, Karanganyar itu. (ves/bun)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan