“Saya hanya melakukan yang perlu saya lakukan agar umat tidak menyalahkan saya di masa yang akan datang, agar saya tidak abu-abu, saya bersikap, saya punya prinsip,” imbuhnya.
UAS mengaku harus membayar mahal gara-gara mendeklarasikan dukungan untuk Prabowo pada Pilpres 2019 lalu.
“Saya mesti membayar high cost, harga mahal, dengan bully, dengan kebencian, dengan putus persahabatan dan lain-lainnya,” tegas UAS.
Meski begitu, UAS menegaskan tidak menyesal pernah mendukung Prabowo. Ia juga tak kecewa Prabowo masuk ke dalam pemerintahan. “Jadi tidak ada kekecewaan sedikitpun,” tegas UAS.
Rafly Harun kemudian menanyakan apakah kecewa dengan penolakan sejumlah BUMN setelah UAS mendukung Prabowo.
“Ada satu BUMN yang sudah menyiapkan 3 ribu nasi kotak, tiba-tiba membatalkan dua jam sebelum tabligh akbar,” ucap UAS.
“Ada BUMN yang mengundang saya setahun sebelumnya untuk hari ulang tahun, dibatalkan seminggu sebelum hari-H,” tambahnya.
Tak hanya itu, UAS juga mengalami hal buruk lainnya yakni ibadah umroh yang sudah direncanakannya tiba-tiba dibatalkan.
“Ada yang sudah siap-siap untuk umroh bersama saya 600 orang, sudah siap tiketnya, sudah siap hotelnya, dibatalkan,” katanya.
“Saya bukan penjahat, saya bukan tokoh perlawanan mengangkat senjata,” tegas UAS.
UAS balik bertanya kepada Rafly Harun terkait perlakuan buruk yang dialaminya selama ini.
“Jadi kalau menurut hukum tata negara, yang saya terima itu apa sebenarnya Bang Rafly?,” tanya UAS.
“Yang diterima itu adalah perlakuan diskriminasi. Diskriminatif itu, jadi equality before the law,” jawab Refly Harun. (jambi ekspres/fajar)