Dalam diskusi yang berlangsung itu, Rusli menceritakan kondisi terkini Gorontalo di masa pandemi covid-19. Ia juga menjawab pertanyaan inti dari para penanya secara online, terkait tantangan terberat yang dihadapinya selama menahkodai Gorontalo dalam situasi bahaya pandemi saat diskusi Converence.
"Satu tantangan terberat saya menghadapi masa sulit pandemi ini, adalah bagaimana menyadarkan dan memberikan pengertian pada masyarakat untuk berpartisipasi mematuhi semua anjuran pemerintah serta mematuhi semua protokol kesehatan. Tak tanggung-tanggung, saya sendiri terjun ke masyarakat untuk bersosialisasi dan alhamdulillah 80 persen masyarakat Gorontalo semakin sadar dan patuh. Intinya, jika tidak ada kepatuhan masyarakat maka semua sia sia," ungkap Rusli.
Tak hanya itu, Rusli pun menceritakan pihaknya bersama TNI/Polri dan seluruh unsur Forkopimda, Bupati/Walikota, terus melakukan komunikasi dan koordinasi terkait bagaimana cara memutus mata rantai penyebaran covid-19 di Gorontalo. Bahkan untuk pengambilan keputusan pelaksanaan PSBB yang dilaksanakan selama III tahapan itu sesuai dengan kesepakatan bersama.
"Gorontalo merupakan Provinsi terkahir di Indonesia yang terdampak penularan Covid-19. Awalnya memang kami mampu mempertahankan zona hijau, namun akhirnya zona merah juga. Akhirnya saat itu juga langsung rapat, saya kasih dua pilihan menyelesaikan covid atau memperbaiki ekonomi dan lahirlah kesepakatan memilih menekan angka penularan Covid-19 terlebih dahulu, sehingga PSBB selama tiga tahap diterapkan di Gorontalo. Kita cegah orang keluar masuk Gorontalo. Kita juga bangun lab pemeriksaan PCR Swab di Balai POM Gorontalo,"bebernya.