Jadi Simbol Perlawanan Masyarakat Mandar

  • Bagikan

Pulau Terluar, Terkaya, hingga Terlaris di Sulbar (Bagian-1)

Gugusan kepulauan Bala-balakang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat terkenal akan keindahan alamnya. Sumber daya alamnya melimpah. Daratannya pun banyak yang mengincar.

LAPORAN: SAHRUL ALIM (Mamuju)

FAJAR.CO.ID, MAMUJU -- Kepulauan Bala-balakang biasa disebut Balabalagan. Dahulunya dikenal sebagai Kepulauan Paternoster Kecil. Gugusan kepulauan dan kecamatan ini ada di Selat Makassar. Di lepas pantai timur Kalimantan. Ada di tengah-tengah antara Kalimantan dan Sulawesi. Kepulauan ini juga terletak dekat dengan pusat geografis Indonesia.

Dari catatan wiki, secara administratif, kecamatan kepulauan ini masuk dalam wilayah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dan dibagi menjadi dua desa. Desa Balabalakang Barat dan desa Balabalakang Timur. Saat ini, gugusan pulau tersebut berjumlah 16.

Di antaranya pulau Sabakkatang, Gusung Lalungan, Salissingan, Malember Besar, Malember Kecil, hingga Saboyang. Nama yang disebut terakhir merupakan pulau terbesar. Tetapi, selat-selatnya dangkal dan tidak dapat dilayari, tetapi memberikan keuntungan berupa hasil perikanan yang subur bagi warga asli pulau.

Belum lama ini penulis berkunjung di Pulau Popoongan. Salah satu dari gugusan Bala-balakang. Pulau ini diisi 100 KK ini. Penulis bertemu Saebo. Pria berusia 60 tahun. Ia salah satu warga yang sudah bermukim puluhan tahun di pulau ini.

Ia berkisah, nenek moyangnya merupakan salah satu pasukan di Kerajaan Sendana, Majene yang berhasil mengusir perompak atau bajak laut yang menguasai pulau-pulau di Balabalakang. Informasi ini sudah turun temurun diceritakan kakek hingga nenek warga yang bermukim di pulau.


Selalu Ramah
Warga selalu antusas menyambut wisatawan yang datang ke Pulau Popoongan, Sabtu, 6 Juni 2020 ( SAHRUL ALIM/ FAJAR)

"Pulau-pulau ini dahulunya jalur perdagangan. Tiap kali menjual, mereka selalu diberhentikan bajak laut. Pelaut dari Sulawesi diambil barangnya saat melintas. Terus menerus. Selama bertahun-tahun. Karena jenuh, mereka ke Majene dan melapor ke kerajaan. Pasukan yang dikirim berhasil mengusir bajak laut," katanya.

Baca Juga: Pulau Malamber: Dahulu Diabaikan Sekarang Diributkan

Kata dia, perjuangan nenek moyangnya merebut kepulauan itu berlangsung sengit. Bahkan setelah diusir kawanan bajak laut itu masih berusaha kembali mau menyerang. "Ketika mau sampai banyak sekali dia lihat perahu sehingga tidak jadi. Padahal hanya ada belasan. Dahulunya nenek kami punya paissangan (ilmu agama) sehingga mereka melihat perahu yang banyak sekali sampai ribuan," katanya.

Cerita ini diamini Pemerhati Maritim Sulbar, Ridwan Alimuddin. Ditemui di rumahnya, ia menelaah berbagai literatur menyangkut gugusan Balabalakang.

"Dari literatur, 1890-an atau awal 1900 di sana dikuasai bajak laut Filipina. Suku Bajo. Bajak laut ini sering mengganggu pelayaran orang Mandar kalau mau ke Kalimantan ikan keringnya. Dahulu sebelum ada es, komoditas laut itu ikan kering. Diutuslah orang jagonya Sendana membasmi itu bajak laut," katanya.

Singkat cerita, pasca perlawanan itu Pua’ Biaya dan Pua’ Aco diberikan hak menguasai Pulau Bala-Balakang. Sejak itu, mulailah orang Tubo, Majene menguasai Saboyang dan Pulau Salissingan diisi oleh orang Rangas, Majene. (bersambung/*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan