Pulau Terluar, Terkaya, hingga Terlaris di Sulbar (Tulisan 3-Selesai)
Potensi kepulauan Bala-balakang yang melimpah membuatnya layak diusul menjadi taman nasional. Selain kaya akan minyak bumi dan terumbu karang, biota lautnya juga sangat beragam.
Laporan: Sahrul Alim (Mamuju-Sulbar)
FAJAR.CO.ID, MAMUJU -- Dari letak geografis, gugusan pulau Bala-balakang sangat subur. Hal ini dikarenakan lautnya tidak terlalu dalam. Bagian pentingnya adalah Balabalakang berbatasan langsung dengan laut dalam. Sehingga unsur hara yang terbawa arus tersebut membuat perairan di sekitar Balabalakang menjadikannya sangat subur.
Bahkan, salah satu pulau yang diributkan, Pulau Malamber Maranniq diketahui merupakan sarang penyu. Tidak heran, saat menginjakkan kaki, pemerhati maritim, Ridwan Alimuddin ikut menyaksikan bekas galian pencari telur penyu di sepanjang bagian barat pulau.
"Memang, di masyarakat Kepulauan Balabalakang, dua pulau ini terkenal banyak menghasilkan telur penyu," katanya. Dari sekian banyak potensi yang dimiliki kepulaun ini tentu menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa tidak dikelola dengan baik. Bisa jadi tumpuan sumber pendapatan daerah.
Pakar Jasa Lingkungan, Ritabulan menilai kepulauan itu perlu didorong untuk masuk dalam taman nasional. Sebab, posisinya setara dengan Takabone Rate, Raja Ampat, Wakatobi, Togeang dan lainnya.
"Sebaiknya diusulkan sebagai taman nasional. Itu sangat relevan. Di pulau itu memiliki kekhasan ekosistem. Bisa dibagi zona. Pastinya perlu kajian lanjutan. Starting poin yang bagus memberi gambaran ke kita bahwa Bala-balakang punya potensi menjadi taman nasional laut," kata dosen fakultas kehutanan di Unsulbar ini.
Ide ini memang tidak mustahil untuk bisa diwujudkan. Buktinya Sulbar berhasil memasukkan Gandang Dewata sebagai taman nasional. Sembari menunggu proses pengusulan selesai, Bala-balakang tetap bisa membuat perencanaan jangka pendek untuk konteks wisata.
"Kawasan itu bisa kita perbaiki demi ekowisata, konservasi dengan pelibatan masyarakat. Menjadikan wisata minat khusus yang segmen pasarnya bisa menangah ke atas. Kalau serius, saya kira bisa terwujud. Wacana taman nasional dan konservasi bisa masuk jangka panjang. Apalagi punya ekosistem yang alami dengan kondisinya yang masih bagus," katanya.
Sementara itu, Kadis Pariwisata Sulbar, Farid Wajdi mengakui gugusan pulau Balabalakang punya potensi luar biasa. Pihaknya pun sedang menyusun program pariwisata di sana. Kendati butuh waktu untuk mempersiapkannya.
"Cluster Bala-balakang menjadi fokus. Data sudah dikumpulkan untuk membuat perencanaan pengembangan pariwisata. Khususnya segmen wisata bahari," katanya. Programnya dimulai dengan membangun kapasistas kelembagaan yang baik yang bisa untuk mengelola pariwisata Balabalakang.
Pemain atau motor penggeraknya adalah masyarakat. "Masyarakat harus terlibat untuk pembangunan yang berkelanjutan. Kita harus benahi kelembagaan. Kemudian mengatur tour operator. Makan wisatawan di sana? Siapa yang antar-jemput dan lainnya untuk pelayanan yang bagus. Ini yang dipikirkan sekarang," katanya.
Baca Juga: Pulau Malamber: Dahulu Diabaikan Sekarang Diributkan
Ia tak menampik butuh waktu yang lumayan panjang. Misalnya, menyiapkan SDM untuk tour diving, guide untuk wisatwan luar negeri. Lebih jauh lagi, adalah membentuk ekonomi kreatif. Masyarakat harus bisa membuat souvenir berbasis kelautan.
Baca Juga: Jadi Simbol Perlawanan Masyarakat Mandar
"Atau menyiapkan ole-ole makanan ringan dari hasil laut atau ikan kering. Itu tugasnya home industri atau industri kreatif," katanya. Setelah semua siap, akan dilakukan promosi besar-bearan lewat media konvensional maupun media sosial.
"Kita juga akan bikin situs web khusus Balabalakang. Kalau dilihat keunikan punya karang penghalang, ini bisa jadi objek wisata kelas dunia. Buktinya sandeq kelas satu. Tenun dari kalumpang masuk kelas dunia," kuncinya. (*/abg)