Menurut Ari, kalung tersebut berisi daun kayu putih. Sebagai inhaler, aromanya bisa melegakan tenggorokan.
Saat ini, lanjut Ari, harapan masyarakat dan pemerintah terhadap penanganan Covid-19 begitu besar. Sehingga penelitian baru di tingkat sel saja, hasilnya langsung diklaim sebagai obat antivirus.
”Bagaimana dengan produk-produk kayu putih yang ada dalam bentuk inhaler, roll-on, yang sebagian sudah disetujui BPOM? Tetap keberadaannya bukan sebagai antivirus,” katanya.
Jadi, dia tidak setuju jika kalung eukaliptus disebut sebagai kalung antivirus. ”Cukuplah disebut kalung kayu putih atau kalung eukaliptus saja,” ucap dia.
Sementara itu, Humas PB IDI Abdul Halik Malik membenarkan bahwa hari ini, rencananya, ada pertemuan di kantor Kementan pukul 10.00. Pertemuan itu tak hanya membahas kalung antivirus korona. ”Membicarakan kerja sama riset,” ujarnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Riset yang dimaksud mengenai tanaman obat. Tak hanya fokus pada Covid-19. Menurut Malik, riset itu dilakukan untuk seluruh penyakit yang diderita manusia.
”Rencana penelitian lanjutan obat antivirus dan penyakit untuk manusia berbahan dasar tanaman obat,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua PB IDI Daeng Muhammad Faqih menyatakan, apa yang dilakukan oleh Kementan merupakan hal yang baik. Tinggal selanjutnya dilakukan pengujian sesuai tahapan untuk obat yang akan digunakan oleh manusia. Bahkan, IDI terbuka untuk melakukan kerja sama uji klinis.
Dia menyatakan, yang dilakukan oleh Kementan itu tidak hanya untuk virus korona. Namun dengan tanaman yang dimiliki Indonesia. (jpc/fajar)