Wanita 20 Tahun Idap Lumpuh Sejak SD, Sulit Berobat Akibat Biaya dan Infrastruktur

  • Bagikan

"Kalau mau dibawa berobat, terpaksa ditandu oleh keluarga di sini karena jalanan berlumpur. Selama sakit, anakku hanya diurut. Saya tidak punya uang berobat. Rumah sakit juga sangat jauh," tambah Linda yang duduk termenung di depan rumahnya kala itu.

Mobil ambulans sangat sulit untuk masuk ke perkampungannya itu. Jalanan rusak dan berlumpur. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari warga di sana jauh sejak sebelum Indonesia merdeka.

"Jarak antara rumah saya sekitar tiga hingga empat jam untul bisa sampai ke puskesmas atau rumah sakit," tambahnya.

Selama sakit, Anna hanya bisa diurut oleh seseorang di sana. Dalam satu panggilan, Linda harus merogoh kantor Rp10 ribu untuk membayar jasa tukang urut itu.

Diketahui, jarak antara dusun tersebut hingga ke Sungguminasa sekitar 93 kilometer. Mereka harus melewati jalanan berlumpur, hutan belantara dan jalanan menurun menjadi medan selama perjalanan.

"Kampung kami ini memang terbilang jauh dan terpencil karena dulu ini tempat persembunyian nenek moyang kami dari penjajah. Akhirnya lahirlah dusun ini sampai beranak cucu," kata Kepala Dusun Malenteng, Andi Anjas Tamara saat ditemui beberapa waktu lalu.

Infrastruktur di dusun itu sangat parah. Jalanan berlumpur membuat warga marah dan ingin menagih janji politik para pejabat, yang sempat berkampanye di dusun itu.

Kini mereka menganggap dusun tempat tinggalnya itu diabaikan pemerintah Kabupaten Gowa. Berkali-kali minta pengaspalan jalan, namun tak kunjung terealisasi.

Dinas PUPR Kabupaten Gowa menyebut, pengaspalan jalan khususnya di Kecamatan Tombolo Pao telah dilakukan sepanjang 39,76 kilometer (Km) dari total ruas jalan 252,12 Km.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan