"Modal popularitas, dan jaringan politik Deng Ical kini sangat layak diperhitungkan," bebernya.
Terpisah, Pengamat Politik Unismuh, Andi Luhur Prianto menilai pastinya PDIP punya pertimbangan kuat untuk menjatuhkan pilihan ke Syamsu Rizal (Deng Ical). Apalagi Deng Ical menggandeng kader PDIP, Fadli Ananda.
Menurutnya pasca dukungan resmi PDIP, posisi PKS yang selama ini berada di barisan awal pendukung Deng Ical yang harus segera dikunci. Jika sekadar rekomendasi peluang untuk berubah sangat mungkin terbuka untuk berubah.
"Dalam banyak hal isu pengalihan dukungan akan menjadi semakin kencang, meski dukungan PDIP ini sangat strategis dan akan membantu agar syarat dukungan terpenuhi," bebernya.
Sejauh ini, partai besar tersisa praktis hanya PPP dengan lima kursi dan Hanura yang kebagian tiga kursi di DPRD Makassar. Ali Armunanto menyatakan susah untuk membentuk poros baru sehingga akan memilih bergabung di antara empat kandidat saat ini.
"PPP punya sejarah kedakatan dengan Appi dan Aksa Mahmud, tetapi tentu kandidat lain akan mengincar juga. Hanura belum bisa terbaca akan kemana," bebernya.
Appi diakuinya, merupakan kandidat yang belum aman. Mendekati Demokrat tentu belum cukup, tetapi harus ikut mengamankan dukungan PPP.
''Kalau misalnya PPP gabung dengan kandidat lain (bukan Appi), maka Appi bisa jadi sulit untuk mengamankan syarat dukungan, sebab tersisa partai-partai kecil," bebernya.
Hal sama diutarakan Luhur Prianto. Menurutnya, Hanura sulit ditebak. "Di antara banyak partai, saya sulit melihat bagaimana sebenarnya arah dukungan Hanura," jelasnya.