"Makanya leluhur selalu berpesan kalau mau berbuat sesuatu tetap bertolak pada adat persepsi syarat, syarat persepsi agama, agama persepsi kitabullah," jelasnya.
Syarifuddin juga membeberkan makanan tradisional yang banyak ditemukan dalam acara hajatan di Kota Makassar itu memiliki makna yang dijunjung tinggi oleh para pendahulu.
"Manna Nitallanggang Naung Ri Je'ne Bambanga, Ammumba Tonjji Naik, Angimbolong Te'ne Na Nagulung Kalenna Ri Jannayya (biar ditenggelamkan di dalam air dia akan tetap mengapung, manis yang terbungkus dengan kenikmatan) diharapkan kehidupan seperti itu. Maksudnya walaupun orang ditenggelamkan, pada saatnya akan bangkit lagi untuk membawa satu kehidupan yang bagus dan akan mengalami kehidupan yang sejahtera," tutupnya. (Anti/fajar)