
Salah satu guru di SMKN 1 Rantebulahan Timur, Aris Munandar ikut mengisahkan perjuangan muridnya selama PBM daring berlangsung.
"Daerah kami masih terbelakang untuk dukungan telekomunikasi. Di setiap kelas, tak sampai separuh siswa yang punya gadget. Bagi sebagian siswaku, gadget masih berupa barang mewah bagi mereka," ungkapnya.
Masalah lainnya, siswa yang sudah punya gadget belum tentu punya kuota. Mereka hanya sesekali dalam seminggu bisa mengakses internet secara reguler.
"Sementara aplikasi belajar daring seperti Zoom butuh kuota besar. Selebihnya, siswaku daring dengan memanfaatkan akses gratis dari aplikasi Messenger Facebook atau WhatShap," sebutnya.
Kendati demikian, kondisi seperti ini bukanlah alasan bagi Aris menjalankan tugas sebagai pendidik. Selain memaksimalkan Messenger untuk pelaksanakan PBM daring, program #belajardarirumah oleh stasiun televisi pemerintah, TVRI, sekiranya juga jadi solusi bagi siswa saya agar tetap belajar di rumah masing-masing.
"Semoga para stakeholder bisa mencari solusi atas kondisi seperti ini, termasuk saya pribadi. Selain itu, saya juga ingin mempertanyakan program Pak Jokowi terkait internet masuk desa. Jangankan masuk desa, masuk ibukota kecamatan saja susah di tempatku Pak," pintanya.
Aris menyebutkan keberadaan jaringan Telkomsel di daerahnya sangat membantu meski terbilang terbatas. Sebagian siswa harus menempuh jarak 1-6 kilometer untuk mendapat jaringan internet.
Dirinya berharap, Telkomsel sebagai provider milik negara bisa meningkatkan kapasitas jaringan Kecamatan Rantebulahan Timur. Daerah yang berjarak sekitar 80 kilomter dari Ibukota Sulawesi Barat, Mamuju.