Selain itu, Anis Matta berbicara climate change atau perubahan iklim yang membuat situasi global menjadi berat. Dia mengungkapkan sesuai ramalan FAO, mungkin ada krisis pangan dalam dua tahun ke depan.
Dia mengatakan sebagian besar dari musibah-musibah yang saat ini dihadapi faktornya adalah perubahan iklim, terlepas perdebatan perubahan iklim teori konspirasi atau tidak.
"Faktanya, jumlah bencana alam lebih banyak, banjir lebih banyak, tsunami lebih sering, kekeringan, kebakaran hutan dan seterusnya. Misalnya terjadi kebakaran luar biasa di Australia kemarin. Artinya jumlah ini lebih banyak dan mendisrupsi secara ekonomi, sosial, dan secara politik," ucapnya.
Kemudian, Anis Matta mengatakan, konflik geopolitik, terutama konflik Amerika-China, yang membuat kondisi dunia bisa menyulitkan. Dia menyebut dengan istilah perang supremacy. Jadi satu bangsa ini muncul menyebabkan kematian yang lain, incumbent ini harus bertahan. Caranya dia harus menghabisi penantang ini.
"Sekarang mana yang kalah incumbent atau penantang, semua tidak tahu. Namun, sampai kapan berakhirnya tidak tahu. Namun, mereka berperang menggunakan semua sarana, perang dagang, teknologi, hingga budaya," ujar dia.
Berikutnya Anis Matta berbicara faktor teknologi. Anis Matta mengatakan saat ini semua dipaksa berhijrah ke sistem digital, dan hal itu telah dilakukan Partai Gelora dengan sukses menyelenggarakan 'Gelora Digifest 2020' dan 'Gelora Kemerdekaan 2020', serta event-event lainnya beberapa waktu lalu.
Namun, soal hijrah ke sistem digital ini ternyata banyak instansi pemerintahan yang tidak siap dengan digitalisasi, karena tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai.