Setelah Sinovac, Indonesia Kembali Rangkul Dua Perusahaan Farmasi Cina

  • Bagikan

“Bahwa Biofarma tidak hanya tukang jahit saja,” kata Erick Thohir

Erick menjelaskan, kerja sama ini adalah bentuk kerja sama yang saling menularkan pengetahuan dan teknologi mengenai perkembangan masing-masing penelitian. Ia juga memastikan, bahwa transfer teknologi dan bukan hanya sekedar membeli.

“Indonesia membutuhkan jumlah vaksin yang memadai dengan harga terjangkau. Dengan begitu, imunisasi massal dapat segera dilakukan awal tahun depan,” tuturnya.

Setelah kunjungannya ke Cina, kedua menteri akan mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) untuk kerja sama vaksin, dan kepentingan bilateral lainnya.

“Transfer pengetahuan dan teknologi tetap menjadi poin utama dalam kerja sama pembelian vaksin dari negara manapun,” pungkasnya.

Dapat disampaikan, CanSino Biologics tengah mengembangkan vaksin berdasarkan adenovirus yang disebut Ad5, bekerja sama dengan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer Cina. Saat ini, vaksin yang dikembangkan CanSino sudah masuk dalam uji coba keamanan Fase 3.

CanSino berhasil menerbitkan hasil uji coba keamanan Fase 1 pada Mei lalu. Dua bulan kemudian, yakni pada Juli 2020, mereka melaporkan telah melakukan uji coba Fase 2 yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut menghasilkan respons imun yang kuat.

Pada 9 Agustus lalu, Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengumumkan bahwa CanSino Biologics akan menjalankan uji coba Fase 3 di Arab Saudi. Pihak perusahaan kini tengah bernegosiasi dengan negara lain untuk uji coba lebih lanjut.

Sedangkan Sinopharm, saat ini bekerja sama mengembangkan dua vaksin virus tidak aktif, salah satunya dengan The Wuhan Institute of Biological Products sedangkan yang lainnya dengan Beijing Institute of Biological Products.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan