Itu baru dokter. Belum termasuk perawat. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), ada 70 perawat yang meninggal karena Covid-19. Jawa Timur menjadi penyumbang terbanyak kematian perawat. Sama halnya dengan dokter yang meninggal.
Ketua PPNI Pusat Harif Fadilah kemarin (31/8) menyatakan, tenaga kesehatan (nakes) menjadi garda depan dalam mengatasi Covid-19. Karena itu, risiko terpapar Covid-19 sangat besar. Risiko tersebut juga mengintai keluarga atau orang dekat.
Bagi mereka yang belum terpapar, bisa saja akhirnya menanggung waktu kerja temannya yang terpapar. ”Perubahan waktu kerja pasti ada. Terutama di tempat yang perawatnya banyak terpapar,” ujarnya.
Risiko besar yang terus mengancam tenaga kesehatan itu turut diamini Ketua PB IDI Daeng M Faqih. Terlebih dengan bertambahnya pasien Covid-19 saat ini. ”Dengan tambah banyaknya pasien, memang risiko bagi petugas kesehatan makin besar pula,” ujarnya.
Karena itu, Daeng menekankan pentingnya perlindungan ekstra bagi petugas kesehatan.
Wakil Ketua Umum PB IDI Mohammad Adib Khumaidi menambahkan, pihaknya kini sedang menelusuri penyebab kematian para dokter. Apakah karena komorbid atau tertular langsung. Baik itu kaitannya dengan pelayanan maupun bukan.
Yang jelas, sebagian besar korban justru bukan dokter yang menangani pasien Covid-19 secara langsung. ”Artinya, sebenarnya risiko bukan hanya yang melayani pasien Covid-19 saja. Tapi, seluruh pelayanan aspek kesehatan saat ini,” tegasnya.
Hal ini, kata dia, disebabkan banyak pasien yang OTG (orang tanpa gejala) ataupun pasien Covid-19 dengan faktor lain. Misalnya, kehamilan dengan Covid-19, kecelakaan dengan Covid-19, atau gagal ginjal dengan Covid-19.
”Faktor itu yang kemudian menjadi dasar bahwa semua tenaga medis dan kesehatan yang menangani pasien itu berisiko,” papar dokter spesialis ortopedi tersebut.