Setelah memiliki cukup bukti, kata Yusri, tim penyamaran masuk ke dalam ruangan di apartemen itu.
Kemudian, petugas mendapati puluhan lelaki tanpa busana dan sedang melakukan pesta seks.
Dalam penggerebekan itu, polisi turut menyita sejumlah barang bukti. Antara lain, gelang tanda peserta, kondom, tisu magic, lulur, dan sebagainya.
Dijelaskan Yusri dalang acara tersebut adalah TRF. Dia mengaku untuk membuat pesta tersebut belajar dari Thailand. Dia juga yang menyebar undangan.
“Bahwa memang yang bersangkutan pernah belajar di Thailand. Inilah yang kemudian dipraktikkan,” katanya.
Acara dirancang satu bulan sebelumnya. Di mana dalam undangan itu tertulis Koempoel-Koempoel Pemoeda merayakan kemerdekaan.
Untuk bisa mengikuti pesta gay yang telah dilakukan sejak 2018 itu, banyak syaratnya. Diantaranya tiap peserta harus menggunakan dress code dengan masker warna merah putih, lalu dilarang membawa senjata api.
“Banyak persyaratan ya, misalnya tidak boleh membawa senjata api, tidak boleh membawa narkotika,” ungkapnya.
Selain itu, Yusri juga menjelaskan para undangan terbagi menjadi beberapa bagian. ada yang beperran sebagai wanita, laki-laki dan kedua-duanya.
Bagi mereka yang berperan sebagai laki-laki, disebut Top.
“Dalam komunitasnya mereka memang ada yang sebagai perempuan dan ada yang sebagai laki-laki ya. Yang sebutan untuk yang laki-laki ini ‘Top’. Kemudian bagi perempuannya itu ‘Bottom’,” jelas dia.
Sementara yang bisa berperan dua-duanya, yakni laki-laki dan perempuan disebut ‘Vers’.
“Kenapa harus seperti itu? Karena nanti kalau masuk ke dalam itu dipisahkan yang mana yang top, yang mana yang bottom, yang mana vers, ini pesta untuk dibuat seperti permainan,” jelas Yusri.