Serangan Nine Eleven yang Mengguncang Dunia

  • Bagikan

Saya mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut para petinggi agama itu. Saya masih ingat seorang Rabbi, yang yang sekarang sudah jadi teman. Dalam
Pernyataannya dia mengecam tidak saja Muslim, tapi Islam itu sendiri. Hati saya berkecamuk. Kepala saya cukup panas juga. Tapi saya sadar, semua itu karena ketidak tahuan.

Tibalah masanya saya berbicara. Saya tidak mempersiapkan pernyataan tertulis. Bahkan sejujurnya hingga ketika saya dipanggil ke depan saya belum yakin akan menyampaikan apa.

“Salaam and good morning”. Demikian saya mulai.

Sejujurnya melihat sorry an lampu-lampu kamera dan tatapan mata orang-orang yang hadir saat itu cukup intimidating (mengintimidasi). Tapi saya kemudian tersadarkan jika di belakang saya ada ratusan juta manusia. Saya bukan sendirian. Tapi yang terpenting Allah pasti akan menunjuki yang terbaik.

“My name is Imam Shamsi Ali. I am from Indonesia, a country with the largest Muslim population in the world” (Nama
saya Shamsi Ali. Saya dari Indonesia. Sebuah negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia).

Saya kemudian menyampaikan “belasungkawa” untuk Amerika dan bangsa Amerika, khususnya keluarga korban serangan 9/11 itu. Selanjutnya saya menyampaikan kutukan terhadap serangan itu, seraya menambahkan: “we are all one. We all in this….”.

Setelah selesai menyampaikan pernyataan itu saya mendekat ke Timur Yuskaev, dan bertanya: “is it okay? What did I say?” (Apakah Sudah baik? Apa yang saya katakan tadi?).

Dia jawab singkat: “you did it very well. Thank you Imam”.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan