Gambaran seperti ini, kata anak buah Sohibul Iman ini akan memancing ketakutan dan kekhawatiran serta berpotensi menimbulkan emosi negatif massa.
“Segera cepat tanggap, selesaikan persoalan, pikirkan strategi jitu guna menghadapi kemungkinan terburuk,” tegasnya.
“Jika para nakes kewalahan, siapkan banyak relawan untuk pekerjaan non tindakan medis. Koordinasi pusat – daerah harus berjalan dinamis, cepat dan fleksibel dalam mengatasi sekat-sekat birokratis,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa hal krusial seperti ketersedian ruang ICU dan isolasi mandiri pasien OTG harus mendapat perhatian khusus.
“Perlu dipikirkan skema aktivasi ICU darurat secara murah dan cepat di
semua rumah sakit. Gunakan produk pendukung dari dalam negeri seperti ventilator ITB maupun produk pendukung lainnya,” sambungnya.
“Pastikan pula agar pasien OTG yang melakukan isolasi mandiri di tempat yang telah ditunjuk mendapat dukungan layanan kesehatan dan pendampingan dari falkes terdekat,” pungkasnya. (muf/pojoksatu)