Tiga aktivis Pers Mahasiswa Washilah tersebut yang sedari awal meliput jalannya demonstrasi di depan kantor wakil rakyat Sulsel itu, ikut memberitakan aksi solidaritas para pengunjuk rasa, atas dugaan tindakan sewenang-wenang kepolisian.
Proses reportase tiga Jurnalis PersMa Washilah yakni Shoalihin, Arya Prianugraha dan Ulfa Rezki Apriliani awalnya berjalan lancar. Mereka menyaksikan aksi solidaritas para demonstran yang membakar lilin dan duduk di depan Mapolrestabes Makassar sambil bernyanyi memohon rekannya dibebaskan.
Tetiba, puluhan aparat kepolisian petugas muncul dari dalam Mapolrestabes Makassar berupaya mengimbau massa aksi untuk membubarkan diri. Pasalnya, sudah terjadi kemacetan di ruas jalan sekitar lokasi. Namun massa aksi tetap melanjutkan protes.
Sekitar pukul 18.42 Wita satu dari tiga PersMa, yakni Shoalihin yang sudah bermaksud pulang usai diimbau polisi. Dipaksa turun dari motornya. Selanjutnya menyusul dua demonstran lainnya.
Pimpinan Umum Pers Mahasiwa Washilah, Muhammad Aswan mengaku memang memerintahkan anggotanya untuk meliput aksi unjuk rasa peringatan Hari Tani Nasional tersebut. Bahkan tiga anggotanya itu, melengkapi diri dengan identitas saat turun lapangan.
"Posisi Shoalihin itu sudah mau pulang, karena kami masih mau rapat proyeksi. Penugasan liputan Hari Tani Nasional, masuk dalam proyek terbitan Tabloid Washilah edisi 113. Keterangan dua rekan Sholihin, jika ia telah menunjukkan kartu identitas. Namun masih mendapat tindakan represif," ujar Aswan. (*/eds)