Prof Salim menegaskan, tidak dalam posisi mendukung salah satu pihak. Baik korban kekejaman PKI, maupun korban kekejaman pihak yang memberangus PKI di masa lalu.
"Saya tidak bisa berbuat banyak, paling berkoar-koar. Pihak yang bisa itu pemerintah, itulah gunanya pemimpin yang mengerti sejarah. Kalau enggak mengerti, itu bisa terjadi," ucapnya.
Prof Salim juga menyoroti pendapat yang menyebut sekarang ini momentum terakhir bagi bangkitnya PKI dan masa terakhir juga bagi yang anti PKI, mengingat peristiwa kelam 1965 sudah terjadi 55 tahun lalu.
"Kalau bicara biologis begitu, tetapi ini bicara sejarah. Bisa selalu hidup. Jadi sekali lagi, hal yang saya takutkan negara ini kacau. Jangan Pancasila itu diobok-obok lagi," pungkas Prof Salim. (jpnn/fajar)