FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Unjuk rasa penolakan pengesahan UU Cipta Kerja di Kota Makassar masih berlangsung. Namun kali ini digelar dengan cara yang berbeda.
Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus menonton orasi yang dirangkai dalam aksi teatrikal jalanan, di simpang tiga Jalan A.P Pettarani - Jalan Sultan Alauudin.
Gabungan mahasiswa ini pun duduk dan menutup arus kendaraan yang ingin masuk ke arah Jalan A.P Pettarani. Akibatnya, arus lalu lintas pun sedkit macet.
Namun aksi kali ini tampak lebih tenang, jika dibandingkan dengan aksi sebelumnya yang selalu berujung pada bentrok dengan polisi.
Mereka menyampaikan orasinya kepada pemerintah dan DPR RI, dalam bentuk narasi puisi yang kritis dan tajam di simpang tiga tersebut.
"Kami minta presiden untuk mencabut UU Omnibus Law. Ini adalah bentuk kampanye dan mengedukasi publik dan gambaran. Ada juga pameran dan mural yang terancam atas UU Omnibus Law ini," kata Aliansi Gerakan Rakyat Makassar, Rizki Anggriana Arinbi, Kader, Minggu (18/10/2020).
Dalam orasi narasi puitis dan kritis itu, dibacakan oleh dua orang yang melumuri tubuhnya dengan beberapa warna cat, sambil membacakan narasi itu dengan suara lantang.
Ada juga lantunan suara gitar dan gendang yang ikut dapat membawa suasana aksi teatrikal jalanan ini semakin mendalam, bagi para penontonnya.
"Ini memang masih dalam agenda penolakan UU Cipta Kerja dalam sebulan terakhir ini. Banyak suara aksi yang kami suarakan," tambah Rizki.
Tak hanya soal UU Cipta Kerja, mereka kembali menyinggung soal aksi kekerasan yang dialami oleh seorang dosen yang menjadi korban salah tangkap saat demo yang berakhir bentrok, pada Kamis (8/10/2020) lalu.