Dukungan Pemerintah dan UNICEF dalam Menekan Stunting

  • Bagikan

Selama masa pandemi alumni Diploma 3 Poltekkes Makassar itu mengaku sedikit tertantang. Di satu sisi mereka disuruh jaga jarak, namun di sisi lain harus bersentuhan langsung dengan pasien ketika melakukan pengecekan atau pemeriksaan status gizi.

"Itu yang menjadi tantangan. Selama pandemi meningkat cakupan karena semua dikunjungi rumahnya. Bahkan, kadang kalau memakai baju hazmat balitanya ketakutan, tidak mau dipegang. Sementara harus diukur kepalanya dan tinggi badannya," urainya.

Namun  ibu tiga anak itu begitu bersemangat dalam memerangi stunting dan gizi buruk. Apalagi sinergi antara Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan kader Posyandu sudah aktif. Desa juga menganggarkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan dan PMT ibu hamil yang kurang energi kronik (KEK) atau Kurang Energi Protein (KEP).

Strategi yang dilakukan Ely dalam menangani kasus gizi buruk dan stunting selama masa pandemi mengacu pada webinar dengan tema "Orientasi Pedoman Penanganan Gizi Buruk Terintegrasi Bagi Tenaga Gizi dan Tenaga Kesehatan". Webinar yang berlangsung pada 19-21 Oktober 2020 tersebut diselenggarakan oleh Jenewa Madani Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi SulSel dan didukung oleh UNICEF.

Kata dia, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dan fokus seperti bagaimana alur penanganan gizi buruk yang seharusnya diterapkan di puskesmas, cara pengunaan dan pengaplikasian antropometri kit, dan penguatan tenaga gizi sebagai partner tenaga kesehatan  untuk  memperbaiki status gizi balita.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan