Jumiati menuturkan, usaha abon ikan miliknya kini mampu menjual lebih 10 kilogram abon kuda dalam sebulan dengan omzet usaha mencapai lebih dari lima juta rupiah.
"Modal usaha kami mulai dengan satu juta lima ratus ribu rupiah, kini omzet kami sebulan sudah bisa lebih dari lima juta," ungkapnya.
Ia menceritakan, produkai abon kuda sepwnuhnya ia kwrjakn dari rumahnya bersama lima orang pekerjanya.
"Mulai dari proses beli daging kuda di pasar, kami proses secara alami hingga jadi abon dan kami kemas," sebutnya.
Selain Jumiati, beberapa peserta melalui produk seperti minyak sereh, susu kurma dan kopi juga telah mampu menembus pasar nasional. Bahkan minya sereh juga menjdi produk wajib yang dibawa oleh setiap tamu manca negara yang berkunjung ke kabupaten penghasil garam terbesar di Sulsel ini.
Sementara, Tenga Ahli Bidang Implementasi Perjanjian Perdagangan Internaaional, Dinas Perdagangan Prov. Sulsel, Chairil Burhan yang menjadi pemateri pada pelatihan ini menuturkan, para peserta umumnya telah memiliki produk dengan kualitas premium namun masih perlu didorong untuk mampu melihat situasi pasar yang dinamis.
"Rata-rata mereka sudah punya produk jadi sudah bisa disebut interpreneur, jadi yang perlu diproses adalah semangat, keberanian mereka dengan dinamika pasar yang terus berkembang,"jelasnya.(*)