Tidak kalah pentingnya, Makassar sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan, kita belum juga mendengar kepekaan dan empatiknya bahwa kota yang menjadi pusat jantung pemerintahan mendesak segera pemerintah Makassar atau kah menganggarkan kota makassar agar kota ini bebas banjir.
Inilah susahnya jika diotak dan pikiran, hanya memikirkan kekuasaan, bagi-bagi kekuasaan, tanpa memperhatikan apa yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Jangan hanya memikirkan pembangunan fhisik yang bertingkat, dan bagi-bagi proyek kepada pendukung sehingga persoalan pokok yang ada di depan mata cenderung dilupakan.
Kami yang tinggal di perumahan dosen Unhas Tamalanrea, hujan deras yang melanda 3 hari terakhirini relah menggenangi rumah kami, namun tidak ada kecepatan dan kecepatan Langkah-langkah taktis untuk segera meyakini kami sebagai rakyat biasa. Warga yang dihuni pemikir dan dosen hanya bisa berkeluh kesa di group WA tanpa ada kepedulian dari pemimpinnya. Yang lebih parah lagi dan sudah menjadi rutinas musibah adalah rakyat kita yang bermukin di BTN Kodam di kecamatan Biringkanaya, Perumahan antang, dan daerah Toddopuli. Rakyat yang setiap hujan deras bergelut banjir, pemimpin tidak hadir dalam keadaan ada musibah. Pemipin kita hanya hadir pada saat Pilkada Kota Makassar dan termasuk Pilkada Gubernur.
Hujan deras yang terus menyebrang di awal tahun 2021, kami mohon empati dan pikiran cerdas agar mengelola kota ke depan dengan bebas banjir. Kenapa kita malu dengan walikota Ibu Risma semenjak memimpin kota pahlawan masalah banjir di daerah pemukiman dan jalan-jalan protocol tidak pernah terjadi.