Kedua suami-istri ini, kembali beraktivitas. Praka Ahriadi ke rumahnya. Apalagi, masih banyak warga yang membutuhkan perawatan luka dan membantu distribusi bantuan kepada korban bencana. Sementara istrinya, Suherah juga harus ke Mamuju menjemput bantuan logistik. Suherah juga relawan. Rumahnya juga menjadi tempat pos gempa bumi. Tenda pernikahan sejatihnya menjadi tempat menjamu tamu, tetapi berubah menjadi pos bantuan gempa. “Yah, mengharukan lah Bang. Di sisi lain bahagia, di sisi lain juga sedih melihat kampung kena bencana,” ujar Praka Ahriadi kepada FAJAR, kemarin.
Untuk resepsi pernikahannya, katanya, masih akan menunggu suasana kondisi. Saat ini, mereka fokus membantu korban gempa. “Tenaga medis di pos kan tidak ada. Yah, kebetulan lagi saya ini kan lulusan SMK keperawatan. Jadi, saya ambil alih dulu untuk sementara,” ungkap anggota TNI yang pernah bertugas di Papua ini.
Ahriadi sedikit bercerita perjumpaan dengan istrinya. Kali pertama sempat bertemu tahun 2014. Itu pun, hanya melihat Ela --sapaan Suherah sepintas. Komikasi via telepon dan media sosial terjalin, tetapi tak pernah bertemu langsung. Barulah pernikahan ini menjadi pertemuan mereka kembali. “Tanpa ketemu untuk kedua kalinya, langsung melamar. Dan saya datang dari Papua bulan Juli 2020, beritahu orang tua, langsung melamar,” ungkap prajurit yang baru bertugas satu bulan lebih di Koramil Budong-budong, Mateng ini.
Apa kado untuk pernikahan mereka? Ahriadi yang memiliki nama facebook Ganti Oli Gratis ini menuliskan. “Kado cukup obat-obatan dan perlengkapan bayi kirim ke posko kami. Kami tunggu.” Tulisnya dengan memasang foto bersama istrinya.