Gempa kedua, terjadi pada hari yang sama pada pukul 16.15, kondisi saat itu hujan, gelap disertai angin kencang.
"Saat itu kita langsung mengungsi di daerah Pettaweang daerah pegunungan,
Saat mengungsi saya tidak membawa baju yang ada saja di badan dipakai dan langsung lari," ungkapnya.
Gempa ke tiga kembali terjadi yang lebih dahsyat pada pukul 2.30Wita, pada 15 Januari 2021 dengan kekuatan magnitudo 6,2. Masyarakat merasakan getaran hebat selama 5-7 detik.
"Jam 2.30 subuh itu yang paling dahsyat disitu rumah sudah roboh semua. Kondisi rumah rata dengan tanah," ujarnya menceritakan.
Setelah mengungsi di pengungsian selama tiga hari, keluarga di Makassar langsung mengevakuasi dirinya bersama kelurga lainya.
"Alhamdulillah keluarga di Makassar langsung jemput, tetapi itu sudah tiga malam di pengungsian karena jalur darat tidak bisa karena longsor. Saya transit dari Malunda pakai mobil pick up baru dijemput keluarga di Majene baru bisa ke Makassar," tuturnya.
Sementara itu, Pihak Perwakilan Keluarga Korban, Tenri Burhan mengatakan, ia bersama keluarga berinisiatif mencari dan mengevakuasi sendiri keluarganya karena mendapat kabar bahwa gempa disusul tsunami akan terjadi.
"Pihak keluarga inisiatif sendiri, nekat untuk ke Majene, semua kelurga di bawa ke Makassar agar semua aman," ujarnya saat ditemui.
Tenri mengatakan, saat ini mereka membutuhkan popok lansia, popok bayi dan selimut.
"Di sini ada 4 lansia, 1 orang berumur kurang lebih 102 tahun itu sangat membutuhkan popok. Kemudian ada anak bayi enam bulan yang membutuhkan selimut dan makanan. Dan obat-obatan seperti minyak telon, minyak gosok," pungkasnya