Cerita Anton Medan, Sudah Membunuh di Usia 12 Tahun hingga Jadi Mualaf

  • Bagikan

“Jadi suatu malam uang saya ini diambil preman di sana. Terus saya tanya. Bang kenapa uang saya diambil. Bukannya dikembalikan. Dada saya malah ditendang dan muka saya dipukuli,” cerita Anton Medan.

“Saya sedih sekali. Ini tidak adil. Saya merasa kok tidak ada Tuhan ya. Lalu ada gergaji balok es di dekat saya. Saya tusuk dadanya. Mati,” jelasnya.

Anton mengaku nekat melakukan itu karena terdesak dan juga merasa tak mendapatkan keadilan karena diperlakukan tidak adil.

Untuk korban yang dibunuhnya itu merupakan pria dewasa berumur sekitar 34 tahun.

Akibat perbuatan itu, Anton Medan pun harus mendekam di penjara selama empat tahun.

Jeruji besi memberikan kenyataan yang pahit untuk dia. Selama bertahun-tahun, Anton Medan hanya dijenguk satu kali oleh keluarganya.

Setelah melewati masa hukuman, Anton Medan pun kembali kerumahnya. Tetapi, dia merasa keluarganya tidak menerima dia lagi yang notabene sebagai narapidana.

Akhirnya, Anton Medan mengambil keputusan besar untuk merantau ke Jakarta beradu nasib. Awalnya, dia ke Ibu Kota dengan tujuan mencari alamat pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tapi bukannya disambut, Pamannya itu malah mengusirnya.

Kekecewaan mendalam dan merasa sebatang kara membuat Anton Medan marah. Masa depannya dianggap telah usai. Perjalanannya menjadi penjahat kelas teri pun dimulai dari rangkaian itu.

Awal mula kriminalitas yang dilakukan Anton Medan adalah menjadi seorang penjambret. Merasa tak cukup, dia lambat laun berubah menjadi seorang perampok.

Anton Medan pernah masuk ke Kalijodo pada 1972-1979. Setelah itu, dia dipenjara selama 12 tahun.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan
Exit mobile version