Ekonom senior Indonesia, Faisal Basri menyebutkan selama ini industri otomotif sebenarnya sudah siap dengan penerapan BBM ramah lingkungan (berstandar Euro 2) untuk kendaraan yang diproduksi.
Yang jadi masalah menurutnya adalah pemerintah tak bisa melihat momen untuk menghapus premium. Salah satunya, saat harga minyak bumi turun di pertengahan tahun 2020 kemarin.
"Kemarin April itukan harga minyak sudah turun, harusnya itu jadi momen untuk menerapkan aturan penghapusan premium. Saat itu BBM RON 92 (pertamax) kalau dijual sudah seharga premium," sebutnya.
Untuk konsumen, Faisal menyebut dengan sendirinya akan menyesuaikan jika pemerintah menerapkan kebijakan penghapusan premium. Terlebih keberadaan premium dengan harga murah, masih menjadi buruan konsumen.
VP Sales Support PT. Pertamina, Deny Djukardi W menjelaskan pihaknya melalui beberapa program terus mendukung penggunaan BBM ramah lingkungan, termasuk program Langit Biru.
"Melalui kerjasama dengan pemerintah daerah, komunitas otomotif dan lainnya, kita bisa lihat dii daerah yang jadi lokasi pelaksanaan program penggunaan premium sudah berkurang," jelasnya.
Pertamina kata Denny, telah melakukan beberapa kali evaluasi harga BBM ramah lingkungan seperti pertalite dan pertamax. Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan harga yang sesuai bagi masyarakat bisa menerima BBM ramah lingkungan.
Khusus keberadaan BBM bersubsidi, premium dan solar. Denny menyebutkan pihaknya masih mendapat penugasan dari pemerintah untuk penyalurannya. Program BBM Bersubsidi, katanya bertujuan untuk menghadirkan keadilan di Indonesia.