“Ini merusak hubungan instansi satu dengan yang lain yang sedang berduka. Unggahannya itu kemarin, nanti hasil pemeriksaan dari tim Siber dan Propam masih jalan,” katanya, seperti dilansir Radar Jogja.
Terkait dugaan depresi, pihaknya tak ingin berspekulasi. Pastinya akan menjadi bahan penyidikan. Termasuk pemriksaan kondisi kesehatan fisik dan psikis anggota polisi tersebut.
“Indikasi depresi kemungkunan iya, sampai umur sekian belum menikah. Kelahiran tahun 1980an, tapi kami periksa dulu,” ujarnya.
Wakapolda Bantah TNI Geruduk Polsek Kalasan
Wakapolda DIY Brigjen Pol Raden Slamet Santoso meluruskan tentang video yang disebut puluhan prajurit TNI geruduk Polsek Kalasan.
Jenderal Polisi Bintang satu ini mematikan aksi tersebut bukan penggrudukan.
Menurutnya, sosok pria dalam video tersebut hanya datang meminta klarifikasi terkait tujuan dan maksud unggahan Fajar di sosial media.
“Kejadian semalam didatangi, itu hanya klarifikasi. Memang kita panggil kami klarifikasi duduk perkaranya seperti apa. Tadi saya juga ketemu Danlanal, hubungan dengan TNI AL tetap baik,” katanya.
Slamet kembali mengingatkan untuk bijak bersosial media. Harus memikirkan dampak jangka pendek dan panjang dari sebuah unggahan. Terlebih saat mengomentari suatu fenomena atau kejadian terkini.
“Kepada masyarakat termasuk anggota Polri juga, dalam memposting antisipasilah jempol-jempolnya karena situasi sedang tidak memungkinkan. Harus dewasa dan bijak bersosial media,” pesannya.
Kini, Aipda Fajar telah diamankan dan sedang menjalani proses hukum. Ia diduga melanggar kode etik dan UU ITE. (pojoksatu/fajar)