Masih dengan terbata-bata, Susan juga menceritakan gejala sudah dirasakan sejak vaksin pertama. Namun kondisi itu tidak separah dengan vaksin tahap dua.
“Yang pertama ditemenin sama Bu Empit, ada efek pusing sama kunang-kunang, istirahat hampir satu jam,” katanya.
“Ketika vaksin kedua reaksinya pusing, mulai sesak sama lemas. Terus kayak gini, tangan kaku,” katanya.
“Lelah saat di lokasi vaksin masih ada cahaya, masih kunang-kunang setelahnya ingat di rumah sakit pelabuhan sudah gelap.
“Sekarang sudah ada bayangan lagi, bisa membedakan warna,” ujarnya.
Opi Sulistiwa, paman Susan berharap keponakannya bisa sembuh dan beraktivitas kembali untuk mengajar sebagai guru seni tari dan budaya.
“Harapan keluarga tadinya ini menganggap musibah, tapi karena ada sebabnya sehabis divaksin, harapan kami harus sembuh dan ingin sembuh,” jelasnya.
“Meskipun jujur saja kami sudah kesulitan soal biaya, kami berharap pemerintah maupun dinas terkait untuk bantuannya, semaksimal mungkin,” ucap Opi.
Opi yang juga kepala dusun setempat itu menyebut, keponakannya menerima vaksin jenis CoronaVac.
“Vaksinnya CoronaVac, bareng dengan guru-guru lain di SMAN 1 Cisolok dan perangkat desa se kecamatan,” ungkap Opi.
Selama ini Susan menggunakan BPJS mandiri untuk pengobatan. Namun, tidak ditanggung secara penuh karena ada beberapa biaya yang terpaksa dikeluarkan pribadi.
Sementara itu, Kepala BPOM Penny Lukito dalam konferensi pers secara daring, Senin (11/1/2021) mengatakan ada gejala atau efek samping dari vaksin Coronavac.