Kebutuhan akan pembiayaan kesehatan sangat mendesak mengingat data survei secara konsisten menunjukkan bahwa untuk membiayai rawat inap seorang anggota keluarga, sebuah rumah tangga Indonesia harus mengeluarkan lebih dari sebulan gajinya.
Data menunjukkan 40,6% hari rawat di rumah sakit publik/pemerintah dikonsumsi oleh 20% penduduk terkaya, sementara 20% penduduk termiskin hanya mengonsumsi 5,9% hari rawat.
Selain itu, di satu sisi masyarakat harus tetap waspada dengan membiasakan melakukan kombinasi 3T (testing, tracing dan treatment) serta 3M ( Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) untuk mencegah mobilitas yang menjadi faktor penyebarab Covid-19.
"Sesungguhnya sebagian besar masyarakat kita tidak akan mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. Diantara kita pun mungkin juga tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang kita perlukan di saat kita menderita suatu penyakit berat dan mahal pengobatannya," jelas Prof. Dharmawansyah.
Diakhir pidatonya, Prof. Dharmawansyah mengatakan realokasi anggaran untuk pembinaan kesehatan masyarakat serta pencegahan dan pengendalian penyakit perlu diprioritaskan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan sangat diperlukan guna mencapai tujuan penting pembangunan kesehatan yakni pemerataan dalam pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) serta pelayanan yang berkualitas (assured quality). (dhs/fnn)