FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Malang nasib jadi sopir daerah di Terminal Malengkeri, Makassar. Larangan mudik jelang Ramadan tak membuatnya untung. Justru buntung.
Tak banyak yang bisa dibawa pulang ke rumah mereka untuk keluarga, kecuali keringat dan rasa lelah. Terminal yang berbatasan langsung dengan Makassar dan Kabupaten Gowa ini tampak sepi.
Akibatnya, sopir yang melayani jasa tumpangan ke sejumlah daerah di Sulsel sangat sulit mendapat penumpang. Hal itu merupakan imbas larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah.
"Kadang sampai malam kami menunggu di sini tapi sangat kurang penumpang. Jadi larangan mudik ini menyulitkan kami sebagai orang kecil. Khususnya sopir," kata seorang sopir di terminal tersebut, Daeng Ngerang, 41 tahun, Senin (10/5/2021).
Pantauan di lokasi, hanya ada satu penumpang yang akan berangkat keluar daerah. Padahal sopir yang sedang menunggu penumpang di sana berkisar puluhan sopir.
Tak hanya bagi sopir di terminal itu saja, sopir yang berada di Jalan Buru, Makassar juga harus merasakan hal yang sama.
Larangan mudik lebaran yang dimulai sejak tanggal 6 hingga 17 Mei 2021 mendatang, membuat penghasilannya menurun drastis. Bahkan menyentuh angka 60 persen.
“Penurunannya sekitar 60 persen. Padahal biasanya dua pekan sebelum lebaran, itu biasa kami panen. Tapi sekarang semenjak ada larangan itu, ya kami kekurangan,” kata Aziz, kepada wartawan.
Nasib malang itu tidak hanya ia rasakan sendiri. Justru dirasakan bersama dengan 70 sopir angkutan barang dan penumpang lainnya. Kini mereka kebanyakan hanya singgah di kantornya, daripada melayani penumpang.