Baginya, ayahnya sosok yang sangat bijak. Selain memperhatikan semua kebutuhan keluarga, masyarakat juga ikut diperhatikan.
"Bapak sempat membina anak muda untuk jadi pemain sepak bola. Tetapi saya lupa apa namanya dan itu tahun berapa," ujarnya lagi.
Yang pastinya, pada tahun 2000, setelah pensiun sebagai pemain sepak bola, Yusuf Bahang memilih menjadi seorang pegawai negeri. Saat itu, ia menjadi Lurah di Kelurahan Malino.
"Kalau awal mula bermain bola itu, karena bapak masuk Sekolah Guru Olahraga di Maccini. Dari situlah bapak mulai kariernya," jelasnya.
Yusuf Bahang yang lahir padal 28 Mei 1948. Tak hanya gemar berolahraga dan memilih jalan sebagai pegawai negeri saja. Akan tetapi, juga sempat menjadi bagian dari pengurus Palang Merah Indonesia. "Jiwa sosial Bapak sangat tinggi. Itu membuat kami selalu bangga," tuturnya.
Hanya saja, usia membuat fisik Yusuf Bahang semakin lemah. Walau Yusmariani mengatakan, tak ada penyakit khusus, sehingga tak pernah dilarikan ke rumah sakit.
"Selama sebulan sudah sering ngeluh lelah atau tidak enak enak perasaannya. Tapi tetap puasa dan penuh semangat," jelasnya.
Eks Ketua DPRD Gowa, Andi Muh Ishak cukup kenal dengan Yusuf Bahang. Yusuf sangat ramah. “Saya masih ingat betul bagaimana dia saat menjadi pegawai. Selalu ramah kepada siapa saja," ungkapnya.
Sementara itu, Yusuf Bahang memiliki kiprah yang cemerlang. Semangat pantang menyerah PSM Makassar sudah menjadi karakter kuat dari masa ke masa.
Sampai-sampai di benak para pemain era perserikatan dari semangat itu dikenal semboyan “orang boleh lewat, bola jangan”.