Oleh: Marsuki
Guru Besar FEB Unhas
FAJAR.CO.ID -- Tidak disangka, perkiraan pandemi akan menurun beberapa waktu lalu, ternyata justru merebak tajam di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Jumlah manusia yang terpapar Covid-19 melonjak tajam, terutama jumlah yang meninggal.
Padahal, di semua negara termasuk Indonesia, para otoritas terkait selama ini sudah berjibaku melakukan berbagai kebijakan dan program. Sehingga waktu terakhir ini tampaknya para otoritas terkait merasa ragu dan khawatir akan berbuat apalagi guna menghadapi gelombang serangan pandemi Covid-19 yang semakin ganas dengan varian yang baru.
Gelombang pandemi Covid-19 varian baru ini seakan menyapu sia-sia berbagai kebijakan yang sebelumnya dilakukan oleh para otoritas terkait di berbagai negeri. Seperti pengorbanan biaya yang sangat mahal, terutama pengorbanan jiwa para nakes dan masyarakat yang sudah bejibun banyaknya.
Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini, tidak ada jalan lain, paradigma berpikir dan bertindak dari semua pemangku kepentingan, dituntut untuk berubah secara struktural dan fundamental berdasarkan kesadaran penuh. Bahwa tidak ada kekuatan yang dapat melawan pandemi Covid, karena kemungkinan kejadian ini merupakan proses alamiah gelombang perubahan alam semesta yang sedang mencari keseimbangan barunya.
Artinya, berbagai pendekatan yang selama ini dipercaya dapat menjadi instrumen untuk melawan arah perubahan alam yang terjadi melalui program maupun kebijakan, sudah harus ditinjau, dikoreksi, dan diubah sesuai tuntutan perubahan kondisi alam yang baru.
Salah satunya dengan cara para otoritas utama perlu lebih arif dan bijaksana dalam merencanakan, menyusun, dan melakukan program-program kerja pembangunannya ke depan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan alam, lingkungan serta kebutuhan hidup dan kesiapan manusia.
Dengan begitu, nilai-nilai baru pembangunan yang diinginkan tidak mencabut secara serta merta nilai-nilai tatanan kondisi alam dan lingkungannya serta nilai-nilai tatanan hidup manusia yang yang sudah ada dan telah lama dipraktikkan.
Perubahan jelas memang diperlukan, namun bukan berarti dapat melindas begitu saja nilai-nilai yang sudah ada dan diakui kebenarannya dan sudah dipraktikkan.
Dalam kaitan ini, maka kebijakan berbasis Green Policy Strategy yang berbasis inovasi teknologi dalam berbagai aspek kebijakan pembangunan dapat menjadi pilihan model kebijakan. Inovasi itu untuk membangun harapan baru menghadapi serangan pandemi yang tampaknya belum berujung.
Inovasi teknologi memang suatu keniscayaan dan diakui secara internasional sebagai jantung pembangunan berkelanjutan. Namun untuk melaksanakannya, dibutuhkan berbagai kebijakan berbasis teknologi yang kuat dan baik, serta berorietasi kelestarian alam yang hijau.
Syaratnya, dibutuhkan pemerintah dengan kebijakan industri yang jelas dan efektif dengan menyertakan pihak swasta maupun lainnya yang mempunyai idealisme yang memperhatikan kondisi alam dan lingkungan.
Dalam hal ini strategi pemanfaatan teknologi hijau sebagai industri utama diperlukan dengan dukunganyang tepat, di antaranya untuk membangun investasi sektor publik, perlunya ada subsisi dan kemudahan akses pada pendanaan perkreditan bagi rakyat kebanyakan, dan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. (*)