"Tidak bisa menghirup udara luar. Sudah hotel mahal tapi disuruh nyuci piring dan lain-lain sendiri. Lalu kamar hotel pun panas, tepatnya pengap," ungkapnya.
Nikita menjelaskan, seharusnya pihak hotel memberikan pelayanan maksimal jika menjadi tempat karantina bagi orang yang baru pulang dari luar negeri.
"Jangan cuma ambil uangnya," lanjut Nikita Mirzani.
Nikita menjelaskan, jika mencari keuntungan, pihak hotel harus memperlakukan tamu selayaknya manusia.
Dia juga mengaku mengetahui ada orang yang tidak dikarantina karena yang bersangkutan bekerja di pemerintahan.
Namun, menurut Nikita, rakyat biasa justru disuruh menjalani karantina selama delapan hari.
"Negara macam apa ini? Semua nggak ada yang fair," ujar Nikita Mirzani.
Sebelumnya, Ade Armando membeberkan, bahwa ada kondisi main mata antara pemerintah dan hotel mewah agar orang tersebut dikarantina di hotel mewah.
Hal tersebut diungkapkan dosen komunikasi itu dalam akun YouTube CokroTV, seperti dilihat GenPI.co, Jumat (16/7).
"Lembaga-lembaga ini bersama hotel-hotel berbintang 5 dan 4 kompak pemanfaatan kebijakan resmi pemerintah untuk merampok mereka yang dianggap punya banyak cuan," jelas Ade Armando.
Ade Armando mengungkapkan, mereka seakan dipaksa untuk menjalani karantina di hotel mewah hingga karantina kedua atau 14 hari.
Biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit, bisa sampai puluhan juta rupiah.
"Pekan lalu, saya mengutip kisah yang beredar di grup WhatsApp tentang orang-orang yang dipaksa dikarantina dan diisolasi di hotel mahal dengan alasan terbukti terkena covid-19. Inti masalah, mereka tidak punya pilihan, hotel sudah ditetapkan, dan mereka tidak bisa meminta melakukan tes ulang PCR secara mandiri," jelas Ade Armando.