Untuk itu, mahasiswa harus memahami banyak hal untuk mengatasi perubahan yang terjadi. "Mahasiswa harus paham semuanya, paham matematika, paham statistika, paham ilmu komputer, paham bahasa. Dan bahasa itu bukan bahasa Inggris saja, tetapi juga bahasa coding," ujar presiden.
Eks Wali Kota Solo itu juga memandang seorang mahasiswa tidak perlu pindah program studi, jurusan, dan fakultas. Namun, mengambil kesempatan untuk kuliah sesuai talentanya.
"Ini yang harus kami fasilitasi. Perbanyak mata kuliah pilihan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus,” ucap presiden.
Presiden memandang perlunya memberikan mahasiswa kemerdekaan untuk belajar. Mahasiswa harus belajar dari siapa saja, dari praktisi, dan industri.
"Karena sebagian besar nanti akan menjadi praktisi. Itulah esensi Merdeka Belajar, di mana mahasiswa merdeka untuk belajar. Dan kampus juga memperoleh kemerdekaan untuk berinovasi,” ujar Jokowi.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim yang menjadi pembicara dalam pertemuan ini mengatakan bahwa sesuai arahan presiden, para rektor harus terus memberikan dukungan untuk bersama-sama mendorong transformasi pendidikan perguruan tinggi.
“Merdeka Belajar Kampus Merdeka bukan perubahan yang kecil, ini perubahan yang besar. Dengan harapan bisa mengejar ketertinggalan dan bahkan lompat melampaui negara-negara maju,” ujarnya.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Sebelas Maret selaku Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof Jamal Wiwoho dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (jpnn/fajar)