"Mudah-mudahan, tahun 2022 nanti, kegiatan rehabilitasi berbasis masyarakat ini makin berkembang dan memberikan efek positif kepada penyandang disabilitas dan pola pikir masyarakat di lingkungan sekitar, dan pemerintah bisa memberikan ruang atau fasilitas kepada penyandang disabilitas, mulai dari layanan kesehatan, pendidikan dan layanan sosial lainnya," harapnya.
Sementara, Ketua Perdosri Sulawesi-Papua, Rumaisah Hasan, mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari ini, 20 - 24 Desember 2021, dalam rangka Peringatan Hari Disabilitas Internasional. Melalui kegiatan ini, ia berharap rehabilitasi bagi penyandang disabilitas tidak lagi dilakukan secara sendiri-sendiri, tapi bekerja sama dengan semua stakeholder.
"Disabilitas bisa terjadi kepada siapa saja. Tidak tertutup kemungkinan, mungkin saja diri kita sendiri atau orang-orang tersayang kita mengalami, maka kemampuan atau pengenalan manajemen disabilitas adalah hal yang perlu disosialisasikan," terangnya.
Dalam webinar ini, Ketua Yayasan Darul Istiqomah Maros, Prof Veni Hadju, sebagai pihak yang turut dilibatkan dalam kegiatan ini, mengaku berterima kasih karena mendapat kesempatan menjadi pilot project dalam kegiatan ini.
Sebagai pembina di Darul Istiqomah, ia melihat tantangan semakin banyak karena kelahiran anak-anak yang mengalami gangguan disabilitas semakin banyak di sekitar pesantren.
"Ini menjadi salah satu yang bisa mendekatkan pesantren ke masyarakat. Anak-anak disabilitas harus dibina dengan baik, termasuk dalam hal keagamaan," kata Prof Veni Hadju. (ikbal/fajar)