Mewujudkan Work Life Balance dalam Hybrid Work

  • Bagikan

Banyak lembaga survei telah melakukan riset terhadap dampak perubahan pola kerja selama pandemi. Antara lain survei yang dilakukan oleh Edelman Data X Intelligence di bulan Januari 2021 terhadap 31.092 pekerja (diambil dari Microsoft.com) menunjukkan produktivitas tetap sama atau lebih tinggi pada sebanyak 82 persen pekerja selama setahun terakhir. Satu dari lima responden survei mengatakan perusahaan mereka tidak peduli dengan keseimbangan kehidupan kerja mereka. 54 persen merasa terlalu banyak bekerja. 39 persen merasa lelah. Intensitas digital sehari-hari para pekerja telah meningkat secara substansial, dengan rata-rata jumlah pertemuan dan chats terus meningkat sejak tahun 2020. Hasil survei tersebut mengindikasikan bahwa di balik produktivitas tinggi ternyata berdampak pada tenaga kerja yang mengalami kelelahan.

Hasil lain dari survei tersebut adalah keberadaan Hybrid Work tidak bisa dihindari lagi. Para pemimpin bisnis berada di ujung pembaruan besar untuk mengakomodasi apa yang diinginkan para pegawai yaitu yang terbaik dari campuran tatap muka dan WFH, 66 persen pimpinan perusahaan memikirkan untuk mendesain ulang ruang kantor untuk hybrid work, 73 persen pegawai menginginkan pilihan flexible remote work tetap ada, dan 67 persen pegawai menginginkan lebih banyak kolaborasi paska pandemi.
Jika kita kembali pada konsep, definisi Work Life Balance menurut Lazar, Codruta & Patricia dalam Novelia (2013) adalah tingkat kepuasan seseorang atas keterlibatan dirinya untuk merasa “fit” dengan peran ganda yang dimilikinya dalam kehidupan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan