Mewujudkan Work Life Balance dalam Hybrid Work

  • Bagikan

Konsep ini berhubungan dengan adanya kesesuaian antara waktu dan usaha untuk bekerja dan menjalani aktivitas di luar pekerjaan agar mencapai kehidupan yang harmonis.
Lebih lanjut, Fisher (dalam Novelia, 2013) mengemukaan bahwa Work Life Balance merupakan stressor kerja yang meliputi empat komponen utama, yakni waktu, tindakan, ketegangan, dan energi. Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi sehingga akan memunculkan empat kemungkinan, yakni (1) pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi; (2) kehidupan pribadi mengganggu pekerjaan, (3) kehidupan pribadi dapat meningkatkan kualitas pekerjaan, serta (4) pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi seseorang. Di dalam konsep Work Life Balance, tentu yang diharapkan terjadi adalah kemungkinan (3) dan (4), yakni kehidupan pribadi dan pekerjaan dapat berjalan beriringan pada koridor yang nyaman sehingga dapat saling mendukung untuk meningkatkan kualitas pekerjaan maupun kualitas kehidupan pribadi.

Psikolog Oktina Burlianti dalam talkshow Pengarusutamaan Gender Tahun 2021 memaparkan masalah dan solusi yang dialami oleh perusahaan Microsoft terkait Work Life Balance di era kerja Hybrid yang diambil dari Business Harvard Review, 2021. Terdapat peningkatan sebesar 200 persen waktu yang dihabiskan oleh pegawai untuk virtual meetings, email dan chats. Sebanyak 81 persen pegawai tidak puas, dan 42 persen pegawai merasa tidak produktif.
Pada awalnya, kolaborasi melalui sarana email, video conference/call, dan chats terlihat sebagai sebuah cara yang baik untuk saling terkoneksi. Namun ditemukan bahwa hal ini telah berubah menjadi Digital Exhaustion, dan memiliki dampak kesejahteraan. Dalam survei pegawai Microsoft yang dilakukan antara bulan April dan November 2020, kepuasan pegawai dengan keseimbangan kehidupan kerja turun sebesar 13 persen. Praktek kerja yang tidak berkelanjutan yang membuat mereka terikat pada teknologi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan