"Selain itu, membuka peluang pasar dengan hasil pengolahan es krim berbahan dasar biji karet ini masyarakat sasaran dapat menjual di warung-warung, pasar modern dan tempat-tempat lain," urainya.

Baik Sukmawati maupun Roslina yang melakukan pengabdian masyarakat ini mengungkapkan, setelah program PKM tersebut, ibu-ibu pekerja dan remaja kebun karet di Desa Bontomangiri, mengetahui bahwa es krim tidak hanya terbuat dari bahan seperti ubi, jagung, dan jenis tanaman yang memang sering dikonsumsi yang mengandung serat.
"Biji karet yang sebelumnya hanya jadi limbah dan terbuang begitu saja, sekarang bisa diolah menjadi desert atau makanan penutup. Selain itu biji karet juga bisa dibuat menjadi makanan, berupa kripik tempe dan kripik biji karet, dodol dan lain-lain yang mengandung gizi dan bernilai ekonomi."
Hanya saja, ungkap Sukmawati, untuk pengembangan es krim tersebut, dosen UMI tersebut menyarankan perlunya pengadaan es krim maker yang merupakan alat utama pembuatan es krim.
"Perlu cara atau dukungan media dalam memasarkan produk es krim biji karet yang tidak hanya dikonsumsi tetapi bisa dijual," ujarnya lalu menambahkan, pentingnya dilakukan PKM berikutnya berkaitan dengan tahap pendampingan, monitoring dan evaluasi program. (rls-fis)