Ia menyebut, saat dirinya masuk menjadi komisaris tahun 2015, Krakatau Steel mengalami kerugian Rp3 triliun lebih.
“Sekarang sudah dua tahun berturut-turut profit, dan tahun 2021 mungkin kurang lebih Rp1-1,5 triliun. Kok bilang maling teriak maling?,” heran Roy.
Roy Maningkas kemudian menjelaskan dirinyalah yang meminta Menteri BUMN menghentikan produksi blast furnace karena menurutnya akan membuat Krakatau Steele merugi jika diteruskan.
“Saya orang yang meminta Menteri BUMN waktu itu dan manajemen untuk berhentikan produksi blast furnace karena kalau diteruskan Krakatau Steel akan potensi rugi Rp1,1-1,3 triliun setahun,” katanya.
“Tapi kementerian BUMN yang lama waktu itu tetap memaksa jalan, jadi kebijakan manajemen untuk menghentikan blast furnace sudah benar, menyelamatkan uang negara triliunan rupiah,” ungkapnya. (muf/pojoksatu)