Biaya Menurun
Hadirnya direct call ini dinilai bisa menjadi solusi. Biaya bisa lebih ringan, dan perjalanan pengiriman juga bisa lebih cepat. Sehingga, perputaran aktivitas ekspor lebih maksimal.
”Kalau bisa cepat dan murah, tentu sangat bagus. Pengusaha semangat, pendapat daerah juga bagus. Karena perputarannya lancar,” kata Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief Rachman Pabettingi.
Sementara berkaitan dengan komoditas ekspor yang masih langka tetapi punya nilai jual tinggi, pihaknya tengah berkomunikasi dengan banyak pihak. Yang terbaru, selain kotoran kelelawar, ada biji mete yang dinilai sangat menjanjikan.
”Mete itu bagus prospeknya. Harga di Gelael saja, yang bijinya itu dijual Rp400 ribu satu bungkus, sekitar satu kilo. Apalagi di luar negeri, pasti lebih mahal. Terus kulitnya juga laku untuk pakan hewan. Belum lagi kalau bijinya dihaluskan, lebih mahal itu,” terangnya.
Mampu Layani 140 Ribu TEUS
Sebagai informasi, MNP Tahap 1A telah dioperasikan sejak November 2018, sedangkan Tahap 1B dan 1C sedang dikerjakan.
Kondisi eksisting Makassar New Port saat ini telah memiliki lapangan penumpukan peti kemas seluas 16 hektare dengan panjang dermaga 360 meter, yang dengan hadirnya akses jalan tol MNP pada tahun 2023 diproyeksikan mampu melayani 900 ribu TEUs peti kemas.
Progres pembangunan fisik Proyek Strategis Nasional (PSN) MNP sendiri sudah mencapai 85 persen. Hal itu dilaporkan Project Management Officer (PMO) Investasi Pelindo Regional 4, Arwin di Makassar, belum lama ini.