Dijelaskan Yassir, SMK harus dapat mempersiapkan lulusannya agar mampu memasuki dunia kerja sesuai persyaratan yang ditentukan. Untuk memasuki dunia kerja, maka calon tenaga kerja harus memiliki kesiapan, kemampuan, dan keterampilan yang dipersyaratkan dunia kerja (employability skills), salah satunya adalah HOTS.
Dengan memiliki HOTS maka seseorang akan mampu untuk belajar (learning), memberikan alasan secara tepat (reasoning), berpikir secara kreatif (thinking creatively), membuat keputusan (decisions making), dan menyelesaikan masalah (problem solving).
“Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan HOTS siswa SMK menjadi tuntutan yang harus segera dilakukan, mengingat tingginya angka pengangguran yang dihasilkan dari alumni SMK,” jelas Yassir.
Yassir mengatakan, peningkatan HOTS peserta didik dapat dilakukan dengan menerapkan assessment pada setiap tahapan pembelajaran secara on going. Metode ini lazim disebut dengan Assessment for Learning (AFL).
Penerapan AFL berbasis HOTS ini terbukti mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Terlebih lagi dalam kondisi pandemi Covid 19 ini yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring.
“Model AFL berbasis HOTS ini dilengkapi dengan perangkat lunak yang diberi nama SIAVO. Model AFL berbasis HOTS ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik dalam menghadapi tuntutan dunia kerja,” tandasnya.
Dengan sukses Yassir melewati ujian S3-nya ini, maka seluruh anak pasangan H. Nawawi dan Hj. Sitti Silmiah Badaruddin meraih gelar doktor. Sebelumnya, ketiga anaknya yang lain juga sudah menyelesaikan pendidikan S3 mereka. (amr)