Lebih lanjut dikatakan, gambaran ini tentu sangat ideal bagi kita di Indonesia, namun itu sesuatu yang lumrah di negara maju.
Dengan gambaran ini, tantangan IKA adalah bagaimana bersinergi dengan pihak almamater termasuk fresh graduate (alumni baru), yang notabene merupakan anggota baru, segera terserap dalam bursa kerja.
"Artinya, IKA Unhas, melalui para seniornya yang sudah mapan, harus benar-benar menjadi mitra almamater sekaligus mitra pemerintah dalam mengantar para fresh gradute mewujudkan impian mereka," paparnya.
IKA juga menurut Prof Tasrief, perlu fokus pada pemberdayaan anggotanya, terutama yang paling junior, alias adik bungsu mereka.
Jika ini dapat dilakukan secara sistematis, maka IKA telah mengambil peran yang sangat signifikan dalam menghindarkan istilah sarjana pengangguran.
Pada sisi lain, perlu program-program magang kewirausahaan yang diwadahi atau dimediasi oleh IKA sedemikian calon alumni yang kelak hadir sebagai anggota baru, mereka justru menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Artinya, perlu ada sekian persen (tidak banyak), yang memang diberi peluang atau dilatih sebagai wirausaha.
"Saya yakin, kapasitas Ketua IKA yang baru, dengan rekam jejak sebagai profesional telah memiliki sejumlah agenda bagi program pemberdayaan peningkatan skill anggotanya," pungkasnya. (dra/fajar)